Selasa, 18 September 2012

PRE TEST DAN POST TEST Bimtek PBB


PRE TEST DAN POST TEST
BIMBINGAN TEKNIS PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)
KABUPATEN SIAK – PROVINSI RIAU

Hari/Tanggal         :           Jum’at, 28 Oktober 2011
Waktu                   :           15 (lima belas) Menit

1.      Dasar Hukum Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan, sebagai berikut:
a.       UU No. 12 Tahun 1994
b.      UU No. 13 Tahun 1985
c.       UU No. 16 Tahun 2000
d.      UU No. 20 Tahun 2000

2.      Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), adalah :
a.                Pajak Penjualan atas Bumi dan/atau Bangunan
b.               Pajak Kebendaan atas Bumi dan/atau Bangunan
c.                Pajak Pembeliaan atas Bumi dan/atau Bangunan
d.               Pajak Pemanfaatan atas Bumi dan/atau Bangunan

3.      Berikut ini adalah Bumi termasuk dalam pengertianya adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya yang menjadi Objek PBB, Kecuali :
a.       Sungai, Danau, Rawa
b.      Pekarangan, Kebun, Hutan
c.       Tambak, Terusan, Laut
d.      Selat, Teluk, Laguna

4.      Termasuk dalam pengertian Bangunan yang menjadi Objek PBB, adalah :
a.    Jalan Lingkungan, Jalan Protokol
b.   Jalan Tol, Dermaga
c.    Pemakaman, Tempat Pembuangan Sampah
d.   Shelter Bus, Terminal

5.      Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah,  kecuali :  
a.       digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala
b.      merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional
c.       digunakan oleh perwakilan diplomatik
d.      digunakan sebagai rumah dinas pejabat dan pegawai negeri sipil

6.      Subjek pajak PBB adalah orang pribadi atau badan yang memenuhi kriteria, sebagai berikut :
a.       Secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi
b.      Memiliki surat kepemilikan atas Bumi
c.       Memperoleh manfaat atas Bumi dan Bangunan
d.      Memiliki dan menguasai Bangunan
7.      Surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data objek pajak menurut ketentuan undang-undang PBB, adalah :
a.       Surat Pemberitahuan (SPT)
b.      Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT)
c.       Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
d.      Surat Setoran Pajak (SSP)

8.      Dasar Pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang ditentukan dari :
a.       Harga rata-rata dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar
b.      Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis
c.       Penetapan nilai berdasarkan kondisi dilapangan
d.      Nilai Jual Objek Pajak pengganti

9.      Untuk memudahkan penghitungan pajak terhutang dilakukan pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dalam sebuah klasifikasi dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
a.       Letak
b.      Pemilik
c.       Peruntukan
d.      Kondisi lingkungan

10.  Dalam melakukan penetapan NJOP terlebih dahulu dilakukan kegiatan penilaian dengan beberapa pendekatan, kecuali :
a.       Pendekatan Data Pasar
b.      Pendekatan Biaya
c.       Pendekatan Sosial
d.      Pendekatan Pendapatan

11.  Penilaian suatu objek pajak PBB dapat dilakakukan dengan cara penilaian :
  1. Biasa dan Khusus
  2. Massal dan Indiviual
  3. Sensus dan Sampling
  4. Akademik dan Non Akademik

12.  Tarif pajak yang dikenakan atas obyek PBB berdasarkan UU PBB adalah ;
a.       0,25 %
b.      0,30 %
c.       0,40 %
d.      0,50 %

13.  Dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang ditetapkan berdasarkan besaran Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak (NJOPKP), dengan ketentuan:
a.       10 % dan 20 %
b.      20 % dan 40 %
c.       30 % dan 60 %
d.      40% dan 80 %

14.  Saat yang menentukan pajak yang terhutang adalah menurut keadaan obyek pajak pada :
a.       31 Desember
b.      01 Januari
c.       01 April
d.      30 September

15.  Berdasarkan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) Direktur Jenderal Pajak selanjutnya dapat menerbitkan :
a.       Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT)
b.      Surat Tagihan Pajak (STP)
c.       Surat Ketetapan Pajak (SKP)
d.      Surat Keputusan PBB
e.        
16.  Fungsi Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB, Kecuali :
a.      dasar penagihan Pajak
b.      bukti kepemilikan hak
c.       Sebagai bukti terdaftarnya Objek Pajak
d.      Sebagai pelunasan/pembayaran PBB terutang

17.  NOP (nomor objek pajak) adalah penomoron unik pada satu bidang objek yang terdiri atas 18 digit yang meliputi kode wilayah administrasi dan lapangan dimana dua kode paling depan adalah :
a.       Kode Blok
b.      Kode desa / kelurahan
c.       Kode daerah kabupaten/kota
d.      Kode daerah propinsi

18.     Direktur Jenderal Pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak dalam hal-hal sebagai berikut, Kecuali :
a.    apabila Surat Pemberitahuan Obyek Pajak tidak disampaikan sebagaimana ketentuan
b.   setelah ditegor secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam Surat Tegoran      
c.     berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah terhutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak yang disampaikan oleh wajib pajak
d.   Apabila Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB tidak ditanggapi Wajib Pajak
 
19.     Jatuh tempo pembayaran PBB terhutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat-lambatnya :
a. 30 September setiap tahunnya
b. 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT
c. 31 Desember setiap tahunnya
d. 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT

20.     Berikut ini yang bukan tempat pembayaran PBB, adalah :
a. Kantor Pos dan Giro
b. Bank Tempat Pembayaran
c. Bank Persepsi
d. Loket pembayaran Kantor Pajak

21.     Apabila SPPT diterima oleh wajib pajak tanggal 1 Maret 2011, maka jatuh tempo pembayarannya adalah tanggal
a. 31 Maret 2011
b. 31 Agustus 2011
c. 01 April 2011
d. 31 Desember 2011

22.     Pajak terhutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar, dapat ditagih dengan :
a. Surat Tegoran Pajak
b. Surat Tagihan Pajak
c. Surat Paksa
d. Surat Penyitaan

23.  PBB sektor pedesaan dan perkotaan merupakan penerimaan negara yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan imbangan pembagian :
a.       10 % Pusat dan 90 % Daerah
b.      20 % Pusat dan 80 % Daerah
c.       30 % Pusat dan 70 % Daerah
d.      50 % Pusat dan 50 % Daerah

24.  Hak Wajib Pajak mengajukan keberatan atas ketetapan yang ada, berikut ini adalah yang bukan syarat pengajuan keberatan :
a.        Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan menyatakan alasan secara jelas.
b.   Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya surat.
c.     Satu surat pengajuan untuk satu ketetapan
d.   Wajib melakukan pembayaran pajak terhutang 

25.  Wajib Pajak yang dapat menerima pengurangan pokok PBB, kecuali :
a.       Legium Veteran Indonesia
b.      Pensiunan PNS
c.       Pensiunan Pejabat
d.      Wajib Pajak Badan yang rugi dan sulit likuiditasnya

26.  Pejabat yang tugas pekerjaannya berkaitan langsung dengan objek pajak, kecuali :
a.       Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah
b.      Notaris Pejabat Pembuat Akta Tanah,
c.       Kepala Desa
d.      Pejabat Pembuat Akta Tanah

27.  Mengapa NJOP Bangunan naik tiap tahunnya, kecuali :
a.       NJOP Bangunan tiap tahun dihitung dengan  perkiraan biaya membangun bangunan baru (harga material dan upah tahun pajak berjalan) dikurangi penyusutan
b.      Harga material dan upah meningkat tiap tahun akibat inflasi
c.       Karena pemeliharaan yang baik terhadap bangunan, penyusutan yang terjadi biasanya tidak dapat mengimbangi kenaikan harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja untuk membuat bangunan tersebut sehingga njop bangunan menjadi lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya
d.      Harga Bangunan setiap tahunnya pasti akan naik
28.  Sebutkan ketentuan UU yang mengatur pengalihan PBB sektor pedesaan dan perkotaan menjadi Pajak Daerah
  1. UU No. 28 Tahun 2009
  2. UU No. 16 Tahun 2009
  3. UU No. 32 Tahun 2004
  4. UU No. 12 Tahun 1985


29.  Yang tidak termasuk perbedaan antara UU PBB dan UU PDRD, antara lain dalam hal :
  1. Subjek
  2. Objek
  3. Tarif
  4. NJOPTKP

30.  Kapan saat terakhir Pengalihan PBB sektor pedesaan dan perkotaan harus dilimpahkan ke daerah berdasatkan UU PDRD
  1. 01 Januari 2012
  2. 01 Januari 2013
  3. 31 Desember 2013
  4. 01 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar